CVTOGEL – Rencana penggabungan antara maskapai Pelita Air dan Garuda Indonesia kembali mencuat setelah CEO Danantara, Rosan Roeslani, memberikan pernyataan resmi. Rosan menegaskan bahwa proses merger tersebut masih dalam tahap evaluasi mendalam, dan hingga kini belum ada target waktu penyelesaiannya.
“Masih dievaluasi. Kita ingin memastikan, kalau merger ini benar-benar dilakukan, hasilnya bisa lebih efisien dan produktif,” ujar Rosan dalam keterangannya, Selasa (17/9).
Tujuan Merger: Efisiensi dan Optimalisasi Aset
Menurut Rosan, alasan utama dari rencana merger ini adalah menciptakan efisiensi di industri penerbangan nasional yang kini menghadapi berbagai tantangan, mulai dari biaya operasional yang tinggi hingga kebutuhan modernisasi armada.
Ia menjelaskan, penggabungan Pelita Air dan Garuda akan memungkinkan adanya:
Optimalisasi jam terbang pesawat sehingga tidak ada armada yang menganggur terlalu lama.
Pemanfaatan suku cadang dan peralatan secara bersama, sehingga biaya perawatan bisa ditekan.
Peningkatan produktivitas sumber daya manusia, termasuk kru dan teknisi yang lebih terintegrasi.
Tanggapan Garuda Indonesia
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menegaskan bahwa proses merger masih berada di tahap penjajakan awal. Menurutnya, koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk regulator dan pemegang saham, masih terus dilakukan.
“Ini masih tahap awal, banyak aspek yang harus dikaji. Kami tentu ingin yang terbaik bagi Garuda, Pelita, maupun industri penerbangan nasional,” kata Wamildan.
Tantangan Regulasi: Izin Usaha dan AOC
Meski menawarkan peluang besar, rencana merger ini bukan tanpa hambatan. Dari sisi regulasi, penggabungan dua maskapai membutuhkan penyatuan izin usaha penerbangan serta Air Operator Certificate (AOC).
Seorang pejabat Kementerian Perhubungan menegaskan bahwa tidak mungkin dua maskapai yang telah bergabung tetap berjalan dengan izin terpisah. “Jika benar-benar merger, harus ada satu entitas dengan satu izin usaha dan AOC,” ujarnya.
Latar Belakang: Strategi Danantara dan Pertamina
Pelita Air sendiri merupakan anak usaha Pertamina yang kini dikelola melalui Danantara, entitas investasi yang dibentuk untuk mengelola bisnis non-inti Pertamina.
Rencana merger ini bagian dari strategi Pertamina untuk melepas atau mengalihkan lini usaha non-migas dan non-energi terbarukan ke entitas yang lebih fokus pada sektor tersebut.
Dengan kata lain, merger Pelita dan Garuda tidak hanya terkait efisiensi bisnis penerbangan, tetapi juga bagian dari restrukturisasi besar dalam ekosistem BUMN.
Prospek ke Depan
Hingga kini, belum ada kejelasan apakah merger ini akan benar-benar terwujud atau hanya akan berakhir sebagai opsi strategis. Namun, para pengamat menilai bahwa jika benar terealisasi, merger ini bisa membawa dampak signifikan bagi industri penerbangan nasional, terutama dalam menghadapi persaingan dengan maskapai swasta yang semakin agresif.
Di sisi lain, risiko tetap ada, terutama terkait proses penyatuan organisasi, harmonisasi tenaga kerja, dan integrasi sistem operasional. Tanpa perencanaan matang, merger ini justru bisa menciptakan beban baru bagi kedua perusahaan.
👉 Dengan posisi saat ini, rencana merger Pelita Air dan Garuda Indonesia masih sebatas evaluasi. Semua pihak, mulai dari manajemen hingga regulator, masih menunggu hasil kajian mendalam sebelum membuat keputusan final.