Jakarta – Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Brigadir Jenderal TNI Kristomei Sianturi. Menekankan bahwa tidak ada perintah bagi prajurit untuk bertindak secara represif atau mengintimidasi pihak kampus, termasuk mahasiswa.
“Tidak ada perintah, saya ulangi, tidak ada perintah bagi kita untuk bertindak represif, tidak ada perintah bagi kita untuk melakukan intimidasi, apalagi mencampuri urusan internal kampus,” ungkap Kristomei saat ditemui di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, CVTOGEL DAFTAR pada hari Kamis.
Ia menjelaskan bahwa isu negatif mengenai kehadiran TNI di kampus adalah masalah yang dibesar-besarkan, karena TNI tidak memiliki konflik dengan mahasiswa ataupun pihak kampus.
Kristomei menambahkan bahwa kerja sama antara TNI dan kampus telah berlangsung sejak lama. Ia memberikan contoh bahwa prajurit TNI dilatih di Institut Pertanian Bogor untuk mempersiapkan diri dalam bidang pertanian.
Lebih lanjut, TNI juga berkolaborasi dengan civitas academica kampus dalam pengembangan teknologi pertahanan, termasuk radar, drone, dan senjata.
“Lalu, dimana masalahnya? Kami juga diminta, ingat, ya, kami diminta untuk melatih bela negara dan wawasan kebangsaan. Yang meminta siapa? Kampus. TNI tidak tiba-tiba masuk ke sana, mengapa sekarang dinaikan narasi seolah-olah TNI berkonflik dengan mahasiswa?,” katanya.
Kristomei mengajak masyarakat, terutama mahasiswa, untuk mengkritisi penyebaran narasi negatif tentang kehadiran TNI di kampus.
“Apakah ini ada unsur delegitimasi pemerintah, yang berupaya merongrong pemerintah dengan cara memposisikan TNI berhadapan dengan mahasiswanya?” ujar Kapuspen.
Ia juga mengingatkan bahwa sistem pertahanan Indonesia merupakan pertahanan semesta yang melibatkan rakyat. Jika TNI menjauh dari rakyat, maka sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata) tidak dapat berfungsi.
Ia menduga narasi tersebut bertujuan untuk melemahkan sistem pertahanan negara dan berpendapat bahwa narasi tersebut perlu diluruskan.
“Ini yang harus kita sadari bersama. Oleh karena itu, kami mengajak teman-teman mahasiswa dan civitas kampus untuk menggunakan nalar logis,” jelasnya.
Kapuspen juga menjelaskan mengenai kehadiran bintara pembina desa (babinsa) di salah satu kegiatan kampus baru-baru ini. Menurutnya, kehadiran babinsa tidak dimaksudkan untuk memata-matai atau mengintimidasi kampus, melainkan untuk memantau wilayah.
Ia menjelaskan bahwa tugas pemantauan babinsa adalah penting sebagai persiapan untuk menghadapi kemungkinan perlawanan jika terjadi perang gerilya atau perang berkepanjangan.
“Dia mendata jumlah perempuan, laki-laki, lokasi bengkel yang dapat digunakan untuk perbaikan senjata, serta ahli yang memiliki keterampilan dalam bidang mesiu. Seorang babinsa harus mampu menguasai hal tersebut, sehingga saat terjadi perang, situasi tidak terasa asing dan masyarakat sudah kenal, ‘Ini, lo, babinsanya,’” pungkasnya.